Salam Kemuliaan untuk kita semua
sahabat..
Tidak bermasud mencemarkan nama
baik atau apa pun itu. Katakanlah ini nantinya akan jadi sebuah pelajaran
berharga untuk kita yang membaca tulisan singkat saya ini. Jujur, tulisan ini
saya tulis berdasarkan kisah hidup teman saya. Sekal lagi bukan bermaksud untuk
merendahkan apalagi mengucilkan beliau. Sama sekali “TIDAK”.
Sebut saja dia Anggun (nama
samaran). Pertemanan yang kami mulai sejak semester akhir ketika kami duduk di
bangku SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) tepatnya di salah satu sekolah swasta
favorit di Kota Medan. Beranggotakan beberapa orang layaknya seperti genk yang
ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Tapi ini sama sekali tidak dalam
aspek-aspek yang negatif. Justru kami mampu tampil beda dari para pelajar
umumnya. Dengan satu tujuan yaitu nantinya bisa lulus dengan nilai yang
memuaskan dan semata itu hanya kami persembahkan untuk orang tua kami tercinta.
Kami belajar banyak hal dari
kehidupan satu sama lain. Termasuk menjauhkan rasa gengsi yang bisa membunuh diri
kami sendiri. Justru kami jauh dari foya-foya yang dilakukan para pelajar pada
umumnya. Bagaimana tidak? Beberapa hari sebelum pelaksanaan Ujian Akhir
Nasional, ketika temen-temen yang lain sibuk belajar, justru kami tidak. Tetapi
yang kami lakukan adalah merencanakan sesuatu yang bisa dibilang tidak terpikir
oleh para pelajar lainnya. Yaa.. kami belajar berbagi dengan sesama yang
membutuhkan. Tepat setelah selesai pelaksanaan Ujian Akhir Nasional, dimana temen-temen
kelas yang lain sibuk berpergian merefreshkan pikiran mereka ke tempat-tempat
wisata, tapi kami justru sibuk mempersiapkan pakaian bekas, buku yang jarang
kami pakai dan sedikit uang saku kami yang akan kami berikan ke salah satu
panti asuhan di kota Medan. Subhanallah.. nikmat tak terhingga rasanya ketika
kami bisa berbagi.
Dan semuanya pun berselang, tak
terasa tiba saat perpisahan. Masa yang sama sekali tidak pernah bisa kami
lupakan. Kami pun harus berjuang untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.
Ada yang melanjut kuliah ke perguruan tinggi, ada yang memilih untuk
mengembangkan bisnisnya, ada yang belajar berkarir dan lain sebagainya. Tunggu,
tapi tidak dengan Anggun. Keinginannya untuk kuliah sangatlah besar. Tapi apa
daya, sang ayah sama sekali tidak meridhoi langkahnya. Bukan karena sang Ayah
tidak mampu untuk membiayainya. Justru penghasilan ayahnya dapat dikatakan
lumayan. Sedih rasa si Anggun. Tapi ia bersih keras untuk kuliah walaupun
sampai sekarang ia harus bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu tempat
bimbingan belajar sembari menunggu ridho dari sang ayah.
Paradigma yang salah dan memang harus
dirubah dari sang ayah. Tapi tetap tidak ingin dikatakan sebagai anak yang
durhaka tentunya. Alih-alih sang ayah menganggap bahwa nasib anak perempuan itu
hanya untuk di dapur, di kasur dan di sumur. Paradigma yang amat sangat kolot
bukan? Tapi sampai saat ini Anggun tidak berputus asa untuk memohon ridho sang
ayah. Karena sesungguhnya “Ridhonya Allah ialah Ridhonya kedua orang tua kita”.
Sedangkan si ibu justru mendukungnya untuk melajut ke perguruan tinggi agar
mampu mengangkat derajat keluarganya.
Nah, pelajaran apa yang dapat
sahabat ambil dari kisah teman saya tersebut? Semoga cerita singkat ini dapat
menjadi sebuah pelajaran yang dapat diambil hikmahnya. Dan menyadari bahwa
“Hidup yang bermanfaat, ialah ketika kita bisa berbagi dengan orang lain”. Stay
Powerfull and Be the best from the best. J
Salam Berbagi Pencerahan,
Sahabatmu…
Erick Prastyawan
Tidak ada komentar